Fiona Sikuning Langsat

>> Sabtu, 11 April 2009

Berbagi memang sesuatu yang lebih banyak dipandang dari sudut material atau kebendaan. Keberlimpahan rezeki bagi seseorang kadangkala disalurkan kepada kaum fakir dan papa. Sebuah tindakan terpuji yang patut kita contoh.

Tapi lain halnya bagi Fiona, si kuning langsat, yang tinggal di suatu rumah yatim-piatu yang terletak di sebuah sudut jalan kota kecil di South Carolina, Amerika. Keterbatasannya dalam materi, memang tak memungkinkan dirinya berbagi sesuatu dengan kaum papa di sekitar tempat tinggalnya. Apalagi yayasan yang menampungnya itu hanya sebuah badan sosial lokal yang hanya memiliki donatur terbatas.

Gadis kecil berumur 10 tahun ini seringkali berjumpa dengan seorang kakek renta yang dipanggilnya sebagai "Grandpa Buck". Setiap ia berangkat sekolah, selalu saja Fiona melihat sang kakek sedang duduk santai di sebuah taman dekat flat tempat tinggalnya, sebuah flat kumuh yang diisi penghuni melebihi kapasitas sebenarnya.

Tapi sudah beberapa hari ini, sang gadis kecil itu tak melihat sang kakek yang selalu duduk di kursi reotnya yang tak lagi utuh bentuknya. Tak ada lagi senyum sang kakek yang terlihat dari bibirnya manakala Fiona menyapanya "Selamat pagi, Opa Buck......"

Kemana Opa Buck ? Tanpa disadari Fiona merindukan senyum itu. Sebuah senyum yang mengandung banyak hal baginya. Senyum itu bisa berarti "Selamat pagi juga gadis kecil.........." atau barangkali berarti "Bagaimana kabarmu hai gadis kecil......." atau juga mempunyai makna "Terima kasih sudah menyapaku setiap pagi........"

Sebuah senyuman memang mengandung berjuta makna bagi setiap insan yang melihatnya, ia seperti sebuah fatamorgana dimana setiap orang bebas menerjemahkannya.

Gadis kecil itu akhirnya mengetahui juga bahwa sang kakek, karena usia, mulai sakit-sakitan dan sekarang sedang terbaring dalam kesendiriannya di sebuah pembaringan kotor di flatnya. Belum ada petugas dari dinas sosial setempat yang membawanya ke rumah sakit. Sebagai seorang anak kecil apa yang bisa dilakukannya untuk memberi bantuan kepada si kakek? Keuangan? Tak mungkin baginya. Merawatnya? Bagaimana gadis sekecil itu melakukan tugas perawatan? Mau masuk ke flat itu saja ia takut. Memberitahu petugas sosial? Itu sudah dilakukan penghuni lain.


Buntu pikirannya menghadapi kenyataan ini. Hampir semalaman Fiona mencari jalan untuk bisa menolong sang kakek, tapi nampaknya semakin sulit ia lakukan. Sampai esok paginya, orang-orang di sekitar flat sang kakek, menyadari ada seorang gadis kecil yang berdiri sambil memegang cermin cukup besar dibandingkan dengan ukuran tubuh mungil sang gadis, tepat di hadapan kamar si kakek. Cermin itu langsung berhadapan dengan sinar matahari sehingga memantulkan kembali cahayanya tepat masuk ke kamar Opa Buck. Kamar gelap nan lembab itu tiba-tiba menjadi terang benderang terkena pantulan sinar mentari. Sudah lebih dari sepekan lamanya sang kakek terbaring tanpa terkena sinar matahari, pagi ini..... sinar matahari masuk ke kamarnya, menjamah tubuh rentanya dan sedikit memberikan kehangatan pagi.....

Agak aneh bagi orang-orang sekitarnya melihat tindakan gadis kecil yang memantul-mantulkan sinar matahari yang menyilaukan mata itu di pagi hari nan cerah ini. Beberapa orang karena rasa penasarannya mencoba menghampiri Fiona dan bertanya kepadanya :

"Hei... apa yang kamu lakukan dengan cermin itu, gadis kecil ???"

Mulanya gadis itu cuma diam seakan-akan kehabisan kata-kata untuk menjawab pertanyaan orang-orang itu, tetapi dengan polosnya kemudian ia berkata :

"Saya tak punya apa-apa untuk membantu Opa Buck agar bisa segera sembuh dari sakitnya, tetapi dengan cermin ini saya bisa menghadirkan sinar matahari pagi ke kamarnya yang gelap, walau hanya sekedar untuk menghangatkan tubuhnya......."

BERJUTA MAKNA DAN ARTI DARI SEBUAH SENYUMAN, DAN BERJUTA TINDAKAN DAPAT DILAKUKAN WALAU TANPA MELIBATKAN KEKAYAAN. (sam)


kelak di kemudian hari kunamai gadis kecilku "FIONA ELIFELLE JUSUF"



0 komentar:

About This Blog

  © Free Blogger Templates Wild Birds by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP