PENGEMIS TUA DAN PENGAMEN
>> Minggu, 12 April 2009
Hampir tengah hari, keletihan sudah mendera raganya yang renta itu dan iapun bermaksud mencari tempat berteduh untuk berisitirahat sejenak. Ada sebatang pohon yang cukup rindang di dekat lampu merah, dan biasanya banyak orang yang berteduh di situ. Umumnya para pedagang asongan, pengamen ataupun pengemis seperti dirinya. Langkahnya yang mulai terhuyung diarahkan ke tempat itu, namun tiba-tiba saja matanya melihat ada selembar uang kertas sepuluh ribuan yang tergeletak di jalan. Dipungutnya uang itu. Si pengemis bersyukur karena ada sedikit rezeki yang didapatnya hari itu. Untuk beli makan, pikirnya.
Memang benar ketika ia tiba di bawah pohon rindang itu, sudah banyak anak-anak tanggung yang sedang berleha-leha disitu. Beberapa orang ada yang bercanda sambil tertawa-tawa dengan temannya, sebagian ada yang tertidur di bangku yang terbuat dari beton, dan sebagian lagi seakan asyik melamun. Entah apa yang dilamunkan seorang pengemis seperti dirinya. Kekayaan barangkali. Namun ia tak perduli dengan semua itu. Rasa laparnya membuat ia tak mau banyak berpikir, hanya kebutuhan mengisi perut yang mengisi otaknya.
Sebotol air minum kemasan yang sudah disiapkannya dari rumah dan diisi oleh air sumur, tak luput segera ditenggaknya untuk menghilangkan dahaga. Sesekali matanya memandang anak-anak belia itu. Perih hatinya melihat betapa suramnya anak-anak negeri ini, seakan kesejahteraan masih belum menyapa kehidupan sebagian rakyat negeri. Satu persatu dipandang nya tingkah polah mereka, sepertinya tak ada beban bagi mereka, semua masih bisa bercanda dan tertawa. Sampai suatu ketika matanya tertuju kepada seorang anak kecil yang kelihatan begitu menderitanya. Gadis kecil ini hanya terduduk di pojok tembok sambil kedua tangannya menekan bagian perutnya.
"Hei, nak.... kenapa kamu ?" tanya si pengemis itu setelah mendekati si gadis kecil. Tapi si gadis cuma diam saja dan hanya menatap ujung kakinya yang kotor. Pengemis tua itu mengambil posisi untuk duduk berdekatan. Tangannya berusaha menjamah rambut di gadis kecil yang semakin kuat mendekapkan kedua kakinya ke bagian perut. Mukanya agak sedikit pucat dan pengemis merasakan sedikit dingin wajah anak itu.
"Kamu lapar, ya ?" lanjutnya. Tetapi gadis itu tetap bungkam dan tak bergerak sedikitpun. Lalu si pengemis tua ini merogoh kantung bajunya dan mengambil uang sepuluh ribuan yang dipungut di jalan tadi, dan memberikan kepada gadis kecil itu. "Ini untuk beli makan........."
Sampai petang pengemis tua itu tetap menahan lapar, dan gadis kecil pengamen itu telah bebas untuk sementara dari rasa laparnya. Dalam hati pengemis itu ada suatu penghiburan yang selalu ia rasakan bahwa "ia telah berpengalaman menahan rasa sakit dan lapar" dan "semua yang ia berikan kepada orang lain tetap akan menjadi miliknya kelak.."
APA YANG KITA MILIKI AKAN HABIS DENGAN SENDIRINYA, TETAPI APA YANG KITA BERIKAN KEPADA ORANG LAIN AKAN TETAP MENJADI MILIK KITA SELAMANYA........